Jumat, 01 Juni 2012

Sejarah Asal Usul Kabupaten Magetan

Sejarah Asal Usul Kabupaten Magetan
Sejarah asal usul Kabupaten Magetan bisa dimulai dengan awal kemunduran Kerajaan Mataram. Wafatnya Sultan Agung Hanyokrokusumo pada tahun 1645 merupakan tonggak sejarah mulai surut dan mundurnya kejayaan kerajaan Mataram. Beliau sangat gigih melawan Belanda. Sedangkan pengganti beliau adalah Sultan Amangkurat I yang menduduki tahta kerajaan Mataram pada tahun 1646 sampai 1677 dimana sikapnya yang lemah terhadap penjajah atau kompeni Belanda.

Pada tahun 1646 Sultan Amangkurat I mengadakan perjanjian dengan Belanda, sehingga VOC dapat memperkuat diri karena bebas dari serangan Mataram, bahkan pengaruh kolonial Belanda dapat leluasa masuk Mataram. Kerajaan Mataram menjadi semakin lemah, pelayaran perdagangan semakin dibatasi oleh Belanda dan tidak diperbolehkan melakukan pelayaran ke pulau Banda, Ambon dan Ternate. Peristiwa tersebut menyebabkan tumbuhnya tanggapan yang negatif terhadap Sultan Amangkurat I di kalangan keraton, terutama pihak oposisi, termasuk putranya sendiri yaitu Adipati Anom yang kelak bergelar Amangkurat II. Kejadian-kejadian di pusat pemerintahan Mataram selalu dipantau oleh daerah Mancanegara, sehingga pangeran Giri yang sangat berpengaruh di daerah pesisir utara pulau Jawa mulai bersiap-siap melepaskan diri dari kekuasaan Kerajaan Mataram. Pada masa itu seorang pangeran dari Madura yang bernama Trunojoyo sangat kecewa pada pamannya yang bernama pangeran Cakraningrat II kerena terlalu mengabaikan Madura dan hanya bersenang-senang di pusat pemerintahan Mataram. Trunojoyo melancarkan pemberontakan terhadap Mataram pada tahun 1674.

Keadaan dalam pemerintahan semakin tidak menentu dan saling curiga dan mencurigai. Kerabat keraton Mataram yang bernama Basah Bibit atau Basah Gondokusumo dan patih Mataram yang bernama pangeran Nrang Kusumo dituduh bersekutu dengan para ulama yang beroposisi dan menentang kebijaksanaan Sultan Amangkurat I. Atas tuduhan tersebut Basah Gondokusumo dibuang / diasingkan ke Gedong Kuning Semarang selama 40 hari ditempat kediaman Kakek beliau yang bernama Basah Suryaningrat. Patih Nrang Kusumo meletakkan jabatan dan pergi bertapa ke daerah sebelah timur Gunung Lawu. Posisi beliau  digantikan oleh adiknya yang bernama Pangeran Nrang Boyo II. Mereka berdua ini adalah putra dari Patih Nrang Boyo (Kanjeng Gusti Susuhunan Giri IV Mataram).
Dalam pengasingan tersebut Basah Gondokusumo mendapat nasehat dari kakeknya, yaitu Basah Suryaningrat dan kemudian beliau berdua menyingkir ke daerah sebelah timur Gunung Lawu. Beliau berdua memilih tempat ini karena menerima berita bahwa di sebelah timur Gunung Lawu sedang diadakan babad hutan atau pembukaan hutan. Babad hutan ini dilaksanakan oleh seorang yang bernama Ki Buyut Suro, yang kemudian bergelar Ki Ageng Getas. Pelaksanaan babad hutan ini atas dasar perintah Ki Ageng Mageti sebagai cikal bakal daerah tersebut.
Untuk mendapatkan sebidang tanah untuk bermukim di sebelah timur Gunung Lawu itu, dengan diantar oleh Ki Ageng Getas, Basah Suryaningrat dan Basah Gondokusumo menemui Ki Ageng Mageti di tempat kediamannya yaitu dukuh Gandong Kidul (Gandong Selatan), tempatnya di sekitar alun-alun kota Magetan. Hasil dari pertemuan ini Basah Suryaningrat diberi sebidang tanah disebelah utara sungai gandong, tepatnya di desa Tambran Kecamatan kota Magetan sekarang.

Suatu saat terjadikah perdebatan yang sengit dan alot antara Ki Ageng Mageti dan Basah Suryadiningrat.  Lewat perdebatan ini Ki Ageng Mageti mengetahui bahwa Basah Suryaningrat bukan saja kerabat keraton Mataram, melainkan sesepuh Mataram yang memerlukan pengayoman. Karena itu akhirnya Ki Ageng Mageti mempersembahkan seluruh tanah miliknya sebagai bukti kesetiannya terhadap Mataram.
Setelah Basah Suryaningrat menerima tanah persembahan dari Ki Ageng Mageti itu, pada tanggal 12 Oktober 1675 beliau mewisuda cucunya yaitu Basah Gondokusumo menjadi penguasa di tempat baru itu dengan gelar Yosonegoro yang kemudian dikenal sebagai Bupati Yosonegoro.
Wisuda Bupati Yosonegoro oleh Basah Suryoningrat ditandai dengan penyerahan sebuah keris pusaka. Pesta tasyakuran wisuda Bupati tersebut berlangsung secara sederhana. Tasyakuran ditandai dengan pemotongan tumpeng oleh Basah Suryoningrat diberikan kepada Yosonegoro dan dihadiri oleh masyarakat setempat. wilayah pemerintah tersebut dinamakan Kabupaten Magetan. Dipilihnya nama Magetan karena peristiwa terjadinya Kabupaten Magetan ini adalah atas pemberian tanah dari Ki Ageng Mageti yang mana daerah baru tersebut diberi nama daerah Mageti, mengalami penambahan "an" menjadi daerah Magetian. Akhirnya berubah nama menjadi Magetan sampai sekarang, dan Kanjeng Bupati Yosonegoro sebagai Bupati Magetan pertama.


Artikel Terkait



1 komentar:

  1. sejarah-sejarahnnya jadi semakin bertambah..
    terima kasih sahabatku :)

    BalasHapus